
Perbedaan sebagai bumbu manis dalam kehidupan
Upin dan Ipin adalah salah satu tokoh animasi anak-anak yang sangat terkenal terutama di Malaysia dan Indonesia. Funfact-nya nih, terdapat pembelajaran mengenai toleransi budaya yang bisa diambil dari tokoh Upin dan Ipin lho. Salah satunya lewat film popularnya yang berjudul “Keris Siamang Tunggal”. Sahabat Marica pasti udah kepo banget kan? Yuk, simak penjelasanku
Film Upin dan Ipin yang berjudul “Keris Siamang Tunggal” diproduksi oleh Les’Copaque Production dan berhasil rilis di bioskop pada tahun 2019. Film ini menceritakan tentang pengalaman keenam sahabatnya yang bernama Mail, Susanti, Jarjit, Ehsan, Fizi, dan Mei Mei ketika terperangkap bersama disebuah kerajaan bernama Kerajaan Inderaloka. Mereka dapat terseret kedalam Kerajaan tersebut karena membuka sebuah peti yang didalamnya terdapat sebuah keris tua dengan kekuatan magis. Dalam kisah ini diceritakan bahwa Kerajaan Inderaloka sedang dalam bahaya dibawah kekejaman Raja Bersiong yang haus akan kekuasaan. Untuk Kembali, mereka harus menyelamatkan Kerajaan Inderaloka dengan berbagai cara. Rintangan demi rintangan terus dihadapi dengan menunjukkan sifat kesetiakawanan dan toleransi.
Film ini dikemas dengan sangat menarik khususnya dalam hal toleransi. Seperti yang diketahui, beberapa dari mereka memiliki latar belakang yang berbeda satu sama lain. Mei Mei yang dikenal sangat kental menggunakan logat Chinanya, Jarjit yang berasal dari India dan beragama Budha, Ehsan dan Upin yang berasal dari Malaysia dengan agama Islam. Dalam menghadapi rintangan tersebut, mereka tidak memperdulikan bahasa, budaya, agama, suku, dan etnis antar tokoh namun lebih mengedepankan pada kesetiakawanan dan toleransi. Hal itu terlihat dalam salah satu scene ketika Ehsan dan Mei Mei terperangkap oleh sebuah akar gantung sehingga membuat tubuh mereka kaku dan tidak bisa bergerak. Jarjit menolong Ehsan dan Upin menolong Mei Mei. Meskipun terdapat perbedaan agama antara Jarjit dan Ehsan, hal itu tidak mengurungkan niatnya untuk menolong Ehsan yang sedang membutuhkan pertolongan. Begitupun ketika Upin yang berusaha menolong Mei Mei, walaupun mereka berasal dari suku dan etnis yang berbeda namun rasa toleransi dan kesetiakawanan yang terjalin tidak tergoyahkan karena hal itu. Saya sangat menyukai scene tersebut, karena mengajarkan kepada penonton bahwa perbedaan agama, suku, ataupun etnis tidak bisa dijadikan sebagai alasan untuk tidak berbuat baik kepada oranglain. Karakter toleransi dan kesetiakawanan adalah hal fundamental yang harus dilakukan oleh semua orang dalam hidupnya agar terwujud hidup yang aman, damai, dan sejahtera.
Jadi, Amanah yang bisa diambil dari kisah ini adalah kita harus terus mengedepankan rasa toleransi dan kesetiakawanan dalam menjalin hubungan kekerabatan dengan oranglain. Perbedaan suku, etnis, agama, dan budaya adalah hal yang wajar. Tugas terpenting seorang manusia adalah bagaimana kita bisa mentoleransi semua keberagamanan tersebut agar terwujud kehidupan yang aman, damai, dan sejahtera.

Komentar
0 comment